TALK LESS DO MORE...
adalah suatu pandangan hidup yang positif,dimana kita tidak perlu banyak bicara,tetapi yang terpenting adalah melakukan tindakan yang nyata dan berprestasi sebaik-baiknya serta setinggi-tingginya.
TALK LESS DO MORE...
Merupakan semangat hidup yang positif.Suatu perbuatan kecil lebih baik daripada seribu kata-kata.Dalam mengarungi bahtera kehidupan,manusia tidak pernah terlepas dari tantangan baik itu sebuah kesempatan maupun masalah....
apapun tantangan itu adalah tugas kita untuk terus mencoba,karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
TALK LESS DO MORE,dikit bicara... banyak kerja ...adalah semangat hidup yang harus dimiliki manusia dewasa ini...so let's TALK LESS,and DO MORE...with CLAS MILD.
Sabtu, 18 April 2009
AYAHKU SEORANG TUKANG BATU....
Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.
Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!
Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!
Rabu, 15 April 2009
TEORI " 48 + "
Kalau ingin sukses, kita harus menggunakan plus-nya, berapa banyak plus yang kita lakukan dalam diri untuk mencapai sukses itu. Kalau kita perhatikan, setiap orang sukses sedikit banyak mempunyai kegilaan dalam bekerja keras.
Ada sebuah pemikiran konyol, bahwa orang dapat bekerja dengan senang-senang saja, lalu tiba-tiba meraih sukses besar dan menjadi kaya-raya.
Itu hanya sebuah mitologi yang tidak dapat dipercaya kebenarannya, yang benar adalah semua orang yang kaya dan semua orang yang sukses itu harus bekerja keras.
Rumus yang ingin kita bahas disini adalah '48+' yaitu sebuah introspeksi waktu bekerja kita! Kalau kita bekerja sehari selama 8 jam, selama 6 hari kerja, maka kita sudah bekerja total selama 48 jam. Yang perlu Anda ketahui, waktu 48 jam bekerja keras itu hanya untuk survival saja, hanya untuk bertahan demi kelangsungan hidup dan mempertahankan diri.
Kalau ingin sukses, kita harus menggunakan plus-nya, berapa banyak plus yang kita lakukan dalam diri untuk mencapai sukses itu. Kalau kita perhatikan, setiap orang sukses sedikit banyak mempunyai kegilaan dalam bekerja keras. Itu memang benar, karena era kompetisi yang semakin tajam seperti sekarang ini, membuat kita harus mau bersaing dengan orang lain.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, dalam rumus '48+' waktu selama 48 jam seminggu tersebut adalah untuk survival, sementara plus (+) adalah untuk sukses. Jika kita bekerja selama 70 jam seminggu, 48 jam-nya adalah untuk survival sementara 22 jam-nya adalah untuk kesuksesan. Bagaimana kalau kita bekerja selama 90 jam atau 100 jam seminggu? Tentu mungkin kita akan jauh lebih sukses.
Ada survey yang cukup menarik di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, tentang 'self-made millioner', yaitu milyuner yang jadi kaya-raya karena dirinya sendiri. Mereka lantas dicoba untuk dikelompokkan demi mengetahui seberapa banyak populasi orang-orang itu. Hasilnya, hampir semua (diatas 85%) dari orang-orang ini bekerja selama 70, 80, 90 jam, dan bahkan lebih per minggu-nya.
Wow! Ini artinya, setiap hari mereka sanggup bekerja lebih dari 10 jam sehari. Mereka juga merasa begitu menyukai pekerjaannya sehingga tidak merasa seperti bekerja. Itu sesuatu yang sangat bagus, dan yang paling penting adalah fakta bahwa mereka benar-benar mengerjakan pekerjaannya.
Selain rumus '48+' tadi, di samping kerja keras, tentu juga harus ada kerja cerdas. Jadi tidak sekedar work hard, tapi juga work smart. Kalau kita lihat, ada beberapa orang yang sepertinya bekerja keras dan selalu ada di kantor, tapi ternyata pikirannya melayang kemana-mana, dan hatinya sesungguhnya tidak ada disana. Banyak orang yang sloppy, yang bekerja semaunya sendiri.
Hal itu akan menjauhkan dia dari kesuksesan yang diharapkan dan tentu akan menjauhkan diri dari excellence atau hasil maksimum dalam pekerjaan.
BISAKAH…KITA MELAKUKAN “ + “ TERSEBUT….
TDS
Ada sebuah pemikiran konyol, bahwa orang dapat bekerja dengan senang-senang saja, lalu tiba-tiba meraih sukses besar dan menjadi kaya-raya.
Itu hanya sebuah mitologi yang tidak dapat dipercaya kebenarannya, yang benar adalah semua orang yang kaya dan semua orang yang sukses itu harus bekerja keras.
Rumus yang ingin kita bahas disini adalah '48+' yaitu sebuah introspeksi waktu bekerja kita! Kalau kita bekerja sehari selama 8 jam, selama 6 hari kerja, maka kita sudah bekerja total selama 48 jam. Yang perlu Anda ketahui, waktu 48 jam bekerja keras itu hanya untuk survival saja, hanya untuk bertahan demi kelangsungan hidup dan mempertahankan diri.
Kalau ingin sukses, kita harus menggunakan plus-nya, berapa banyak plus yang kita lakukan dalam diri untuk mencapai sukses itu. Kalau kita perhatikan, setiap orang sukses sedikit banyak mempunyai kegilaan dalam bekerja keras. Itu memang benar, karena era kompetisi yang semakin tajam seperti sekarang ini, membuat kita harus mau bersaing dengan orang lain.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, dalam rumus '48+' waktu selama 48 jam seminggu tersebut adalah untuk survival, sementara plus (+) adalah untuk sukses. Jika kita bekerja selama 70 jam seminggu, 48 jam-nya adalah untuk survival sementara 22 jam-nya adalah untuk kesuksesan. Bagaimana kalau kita bekerja selama 90 jam atau 100 jam seminggu? Tentu mungkin kita akan jauh lebih sukses.
Ada survey yang cukup menarik di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, tentang 'self-made millioner', yaitu milyuner yang jadi kaya-raya karena dirinya sendiri. Mereka lantas dicoba untuk dikelompokkan demi mengetahui seberapa banyak populasi orang-orang itu. Hasilnya, hampir semua (diatas 85%) dari orang-orang ini bekerja selama 70, 80, 90 jam, dan bahkan lebih per minggu-nya.
Wow! Ini artinya, setiap hari mereka sanggup bekerja lebih dari 10 jam sehari. Mereka juga merasa begitu menyukai pekerjaannya sehingga tidak merasa seperti bekerja. Itu sesuatu yang sangat bagus, dan yang paling penting adalah fakta bahwa mereka benar-benar mengerjakan pekerjaannya.
Selain rumus '48+' tadi, di samping kerja keras, tentu juga harus ada kerja cerdas. Jadi tidak sekedar work hard, tapi juga work smart. Kalau kita lihat, ada beberapa orang yang sepertinya bekerja keras dan selalu ada di kantor, tapi ternyata pikirannya melayang kemana-mana, dan hatinya sesungguhnya tidak ada disana. Banyak orang yang sloppy, yang bekerja semaunya sendiri.
Hal itu akan menjauhkan dia dari kesuksesan yang diharapkan dan tentu akan menjauhkan diri dari excellence atau hasil maksimum dalam pekerjaan.
BISAKAH…KITA MELAKUKAN “ + “ TERSEBUT….
TDS
Sabtu, 11 April 2009
KEKUATAN FIKIRAN
Dikisahkan, ada seorang ibu yang sangat menyayangi putra tunggalnya. Karena rasa kuatir yang sangat, ditambah maraknya berita penculikan di media massa, si ibu pun memberi nasihat kepada putranya, "Nak, kalau matahari sudah tidak bersinar lagi, jangan keluar rumah ya. Karena saat gelap seperti itulah roh jahat mulai bermunculan. Ada yang disebut kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain. Pokoknya mahkluk jelek, hitam, dan jahat. Maka belajar baik-baik di dalam rumah saja ya, terutama malam hari, oke?" sang anak, yang sedikit penakut, dengan senang hati mematuhi nasehat ibunya.
Setelah beranjak remaja, si anak tumbuh menjadi pemuda cilik yang penakut dan pengecut. Seringkali, ketakutannya yang berlebihan itu terbawa-bawa dalam mimpi. Tidak jarang, ketika tidur ia tiba-tiba terbangun dengan berteriak histeris serta bersimbah peluh ketakutan. Kedua orangtuanya pun menjadi khawatir melihat perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat bernada menghibur yang disampaikan si orangtua kepada anaknya tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan, kadang si anak justru merasa orangtuanya berusaha mencelakai dia.
Suatu hari, sang kakek mendengar kondisi cucunya tersebut. Maka, ia pun segera menyempatkan diri berkunjung ke rumah anaknya. Setelah memikirkan dengan seksama, suatu sore, si kakek mengajak cucunya berjalan-jalan ke pasar malam bersama-sama dengan beberapa orang tetangga dan teman si cucu. Sesampainya di pasar malam itu, mereka pun bersenang-senang. Sang cucu dan teman-temannya bermain dan melihat berbagai pertunjukkan hingga malam hari. Setelah puas dan lelah bermain, mereka pun berjalan kaki pulang ke rumah.
Tiba di rumah, si kakek meneruskan berbincang santai dengan cucunya. "Cucuku, terang dan gelap adalah sifat alam. Tidak ada hubungannya dengan roh gentayangan dan kejahatan. Sudah kita buktikan sendiri, kan? Bukankah sepanjang jalan dalam kegelapan tadi tidak ada satu pun roh jahat yang mengganggu? Ketahuilah, roh jahat hanya ada di pikiran kamu sendiri. Usir dia dari pikiranmu, maka tidak akan ada yang namanya roh jahat di muka bumi ini. Kakek yang sudah setua ini telah membuktikan sendiri. Ketakutan hanya ada di pikiran kita. Gunakan pikiranmu untuk hal-hal yang baik, maka engkau akan membuat segalanya menjadi baik, indah, dan membahagiakan."
Demikianlah, berkat kata-kata bijak dari si kakek, lewat proses waktu, akhirnya si cucu mampu mengubah mindset dan memiliki kesehatan mentalitas yang positif. Ia pun tumbuh jadi pemuda yang pemberani.
Pembaca yang budiman,
Mendidik anak dengan nada ancaman atau dengan menakutinya, walaupun untuk tujuan yang baik, bisa berdampak buruk dan merusak kesehatan mental, bila tidak disertai dengan pengertian benar!
Hukum pikiran bersifat universal dan berlaku untuk siapa saja, baik anak-anak atau orang dewasa, yakni you are what you think, Anda adalah apa yang Anda pikirkan! Maka, apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. You are what you believe, Anda adalah apa yang Anda percayai!
Karena itu, kalau yang kita tanamkan ke dalam pikiran kita setiap hari adalah hal-hal yang negatif, dampaknya akan destruktif atau merusak. Sebaliknya, kalau baik dan positif sifatnya, tentu dampak dalam kehidupan kita akan menjadi positif dan konstruktif.
Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Andrie Wongso
Setelah beranjak remaja, si anak tumbuh menjadi pemuda cilik yang penakut dan pengecut. Seringkali, ketakutannya yang berlebihan itu terbawa-bawa dalam mimpi. Tidak jarang, ketika tidur ia tiba-tiba terbangun dengan berteriak histeris serta bersimbah peluh ketakutan. Kedua orangtuanya pun menjadi khawatir melihat perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat bernada menghibur yang disampaikan si orangtua kepada anaknya tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan, kadang si anak justru merasa orangtuanya berusaha mencelakai dia.
Suatu hari, sang kakek mendengar kondisi cucunya tersebut. Maka, ia pun segera menyempatkan diri berkunjung ke rumah anaknya. Setelah memikirkan dengan seksama, suatu sore, si kakek mengajak cucunya berjalan-jalan ke pasar malam bersama-sama dengan beberapa orang tetangga dan teman si cucu. Sesampainya di pasar malam itu, mereka pun bersenang-senang. Sang cucu dan teman-temannya bermain dan melihat berbagai pertunjukkan hingga malam hari. Setelah puas dan lelah bermain, mereka pun berjalan kaki pulang ke rumah.
Tiba di rumah, si kakek meneruskan berbincang santai dengan cucunya. "Cucuku, terang dan gelap adalah sifat alam. Tidak ada hubungannya dengan roh gentayangan dan kejahatan. Sudah kita buktikan sendiri, kan? Bukankah sepanjang jalan dalam kegelapan tadi tidak ada satu pun roh jahat yang mengganggu? Ketahuilah, roh jahat hanya ada di pikiran kamu sendiri. Usir dia dari pikiranmu, maka tidak akan ada yang namanya roh jahat di muka bumi ini. Kakek yang sudah setua ini telah membuktikan sendiri. Ketakutan hanya ada di pikiran kita. Gunakan pikiranmu untuk hal-hal yang baik, maka engkau akan membuat segalanya menjadi baik, indah, dan membahagiakan."
Demikianlah, berkat kata-kata bijak dari si kakek, lewat proses waktu, akhirnya si cucu mampu mengubah mindset dan memiliki kesehatan mentalitas yang positif. Ia pun tumbuh jadi pemuda yang pemberani.
Pembaca yang budiman,
Mendidik anak dengan nada ancaman atau dengan menakutinya, walaupun untuk tujuan yang baik, bisa berdampak buruk dan merusak kesehatan mental, bila tidak disertai dengan pengertian benar!
Hukum pikiran bersifat universal dan berlaku untuk siapa saja, baik anak-anak atau orang dewasa, yakni you are what you think, Anda adalah apa yang Anda pikirkan! Maka, apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. You are what you believe, Anda adalah apa yang Anda percayai!
Karena itu, kalau yang kita tanamkan ke dalam pikiran kita setiap hari adalah hal-hal yang negatif, dampaknya akan destruktif atau merusak. Sebaliknya, kalau baik dan positif sifatnya, tentu dampak dalam kehidupan kita akan menjadi positif dan konstruktif.
Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Andrie Wongso
Rabu, 08 April 2009
MOTIVASI YANG PALING EFFECTIF ADALAH JIKA KITA “ MAU BERKACA PADA DIRI SENDIRI”
Kita sering ketakutan menghadapi pemutusan hubungan kerja dengan tempat dimana kita bekerja, entah karena habis kontrak, perusahaan pailit ataupun disebabkan faktor lain. Kita masih selalu mengandalkan & bergantung kepada orang lain dan takut kalau kita di PHK akan susah mendapakan pekerjaan lagi ditempat lain. Rasa percaya diri yang kita punyai masih belum muncul pada diri kita entah apa penyababnya. Padahal kuncinya mudah untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan sekaligus sebagai cermin pada diri kita yaitu :
“ MARI COBA KITA RENUNGKAN,ANDAIKATA KITA MEMPUNYAI SEBUAH PERUSAHAAN, DAN AKAN MENERIMA KARYAWAN, APAKAH ORANG SEPERTI SAYA INI DENGAN CARA KERJA,SIFAT , DAN KEJUJURAN SEPERTI SAYA INILAH YANG AKAN SAYA TERIMA BEKERJA DIPERUSAHAAN SAYA? ”
Jika Jawabanya : Tidak, berarti kita sebenarnya adalah manusia tidak berguna yang tidak bisa kerja, lalu untuk apa saya bekerja ditempat ini, kasihan perusahaan ini menggaji saya sementara saya adalah orang yang tidak produktif,yang tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa terhadap perusahaan yang telah menggaji saya”
Jika Jawabanya Ya : Maka saya tidak akan pernah khawatir keluar dari perusahaan manapun, karena pasti perusahaan tersebut akan membutuhkan orang seperti saya.
Mudah Bukan????
Apakah Kita sudah Berkaca pada Diri Kita sendiri, produktif-kah saya bekerja di tempat ini?
“ MARILAH KITA MEMBELI SEBUAH CERMIN BESAR, KITA LETAKKAN DI DEPAN KITA , DAN MULAILAH KITA BERCERMIN ! LAYAK-KAH AKU?????
“ MARI COBA KITA RENUNGKAN,ANDAIKATA KITA MEMPUNYAI SEBUAH PERUSAHAAN, DAN AKAN MENERIMA KARYAWAN, APAKAH ORANG SEPERTI SAYA INI DENGAN CARA KERJA,SIFAT , DAN KEJUJURAN SEPERTI SAYA INILAH YANG AKAN SAYA TERIMA BEKERJA DIPERUSAHAAN SAYA? ”
Jika Jawabanya : Tidak, berarti kita sebenarnya adalah manusia tidak berguna yang tidak bisa kerja, lalu untuk apa saya bekerja ditempat ini, kasihan perusahaan ini menggaji saya sementara saya adalah orang yang tidak produktif,yang tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa terhadap perusahaan yang telah menggaji saya”
Jika Jawabanya Ya : Maka saya tidak akan pernah khawatir keluar dari perusahaan manapun, karena pasti perusahaan tersebut akan membutuhkan orang seperti saya.
Mudah Bukan????
Apakah Kita sudah Berkaca pada Diri Kita sendiri, produktif-kah saya bekerja di tempat ini?
“ MARILAH KITA MEMBELI SEBUAH CERMIN BESAR, KITA LETAKKAN DI DEPAN KITA , DAN MULAILAH KITA BERCERMIN ! LAYAK-KAH AKU?????
Langganan:
Komentar (Atom)